Jumat, 1 Agustus 2014, Komunitas Sarkub Mesir mempunyai agenda ziarah Idul Fitri ke Ahlul Bayt di Kairo. Namun, ada satu yang spesial pada agenda kali ini, sebab ada satu destinasi yang kami belum pernah ke sana. Di manakah?
Makam Keluarga Thaba-thaba.
Makam ini terletak di Jalan Ein al-Sirah, kompleks peninggalan Thaba-thaba (dekat danau). Kurang lebih 500 meter ke arah barat dari Masjid & Makam Imam Syafii.
Thaba-thaba ialah: Abu Ishaq Ibrahim ibn Ismail ad-Dibaj ibn Ibrahim al-Ghamri [as-Syahid al-Maqtul] ibn Abdillah ibn Hasan al-Mutsanna ibn Hasan as-Sibth ibn Ali ibn Abi Thalib [suami Fathimah al-Batul bintu Rasul Saw.]
Sejarawan Islam Ibnu Khallikan dalam Wafayat al-A'yan menegaskan bahwa tidak ada ulama nasab yang berbeda pendapat dalam penasaban tokoh ini.
Kebanyakan ulama hanya menambahkan bahwa meskipun demikian; Thaba-thaba ini tidak wafat di Mesir. (Yang ada di makam ini ialah keturunan-keturunannya)
Dijuluki Thaba-thaba sebab gaya tuturnya yang kurang jelas (gagap; sering mengulang lafal). Ia melafalkan Qaf menjadi Tha'.
al-Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdadi-nya berkisah;
"Saat Thaba-thaba datang ke Baghdad di masa pemerintahan Harun ar-Rashid, Sang Raja mengetahuinya.
Kemudian, utusan istana datang menemui Thaba-thaba bermaksud mengantarnya ke hadapan Harun ar-Rashid.
Thaba-thaba kalang kabut. Ia menyangka ada seseorang yang memfitnahnya di hadapan raja.
Lalu, sampailah ia di hadapan Harun ar-Rashid. Raja Harun berdiri dan menyuruh Thaba-thaba duduk di sampingnya. Obrolan belum berlangsung lama namun Harun ar-Rashid menangkap ada rasa ketakutan pada tamunya ini.
"Kamu kenapa, Aba Ishaq?", tanya Harun ar-Rashid.
“Rawwa’ani Shohibut Thaba. Yang memakai jubah (Harun ar-Rashid .red) membuatku takut.”, jawab Abu Ishaq.
Shohibut Thaba yang dimaksud di sini bukan dengan huruf Tha’ melainkan Qaf. Namun, karena lisan Abu Ishaq yang gagap dan tidak fasih jadilah Thaba, bukan Qaba (yang bermakna jubah; menyerupai qamish/diqlah).
Dari kisah gagap inilah Abu Ishaq dijuluki Thaba-thaba.
Versi kedua;
Suatu hari, Abu Ishaq menyuruh seorang anaknya mengambilkan pakaian.
“Ini saya, Pak.. Saya membawa pakaiannya.”, kata anaknya.
“Oiya, Thaba-thaba, Thaba-thaba.”, kata Abu Ishaq.
Thaba yang dimaksud di sini ialah Qaba, sejenis pakaian khas Arab dikhususkan untuk bepergian.
KETURUNAN THABA-THABA di Mesir
Keturunan Thaba-thaba yang pertama kali datang ke Mesir ialah al-Qasim ar-Rassi (Rassi nisbat pada nama desanya).
Ia membuka majelis di Masjid ‘Atiq (Amr ibn Ash). Orang-orang berkumpul untuk mendengarkan hadits-hadits yang ia sampaikan.
Kemudian, orang-orang berinisiatif mengumpulkan sumbangan. Setelah terkumpul, mereka menyerahkannya pada al-Qassim ar-Rassi. Namun, ia selalu menolaknya.
Semakin besarlah cinta masyarakat Mesir. Satu lagi yang masyhur: doanya dikenal mustajab.
KETURUNAN THABA-THABA di MAKAM INI
Baca lanjutannya di catatan / notes kami atau klik link berikut:
---[http://on.fb.me/1koX39V]---
________________________________
Sampai ketemu di agenda berikutnya!
Shollu ala Sidnannabi!
Makam Keluarga Thaba-thaba.
Makam ini terletak di Jalan Ein al-Sirah, kompleks peninggalan Thaba-thaba (dekat danau). Kurang lebih 500 meter ke arah barat dari Masjid & Makam Imam Syafii.
Thaba-thaba ialah: Abu Ishaq Ibrahim ibn Ismail ad-Dibaj ibn Ibrahim al-Ghamri [as-Syahid al-Maqtul] ibn Abdillah ibn Hasan al-Mutsanna ibn Hasan as-Sibth ibn Ali ibn Abi Thalib [suami Fathimah al-Batul bintu Rasul Saw.]
Sejarawan Islam Ibnu Khallikan dalam Wafayat al-A'yan menegaskan bahwa tidak ada ulama nasab yang berbeda pendapat dalam penasaban tokoh ini.
Kebanyakan ulama hanya menambahkan bahwa meskipun demikian; Thaba-thaba ini tidak wafat di Mesir. (Yang ada di makam ini ialah keturunan-keturunannya)
Dijuluki Thaba-thaba sebab gaya tuturnya yang kurang jelas (gagap; sering mengulang lafal). Ia melafalkan Qaf menjadi Tha'.
al-Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdadi-nya berkisah;
"Saat Thaba-thaba datang ke Baghdad di masa pemerintahan Harun ar-Rashid, Sang Raja mengetahuinya.
Kemudian, utusan istana datang menemui Thaba-thaba bermaksud mengantarnya ke hadapan Harun ar-Rashid.
Thaba-thaba kalang kabut. Ia menyangka ada seseorang yang memfitnahnya di hadapan raja.
Lalu, sampailah ia di hadapan Harun ar-Rashid. Raja Harun berdiri dan menyuruh Thaba-thaba duduk di sampingnya. Obrolan belum berlangsung lama namun Harun ar-Rashid menangkap ada rasa ketakutan pada tamunya ini.
"Kamu kenapa, Aba Ishaq?", tanya Harun ar-Rashid.
“Rawwa’ani Shohibut Thaba. Yang memakai jubah (Harun ar-Rashid .red) membuatku takut.”, jawab Abu Ishaq.
Shohibut Thaba yang dimaksud di sini bukan dengan huruf Tha’ melainkan Qaf. Namun, karena lisan Abu Ishaq yang gagap dan tidak fasih jadilah Thaba, bukan Qaba (yang bermakna jubah; menyerupai qamish/diqlah).
Dari kisah gagap inilah Abu Ishaq dijuluki Thaba-thaba.
Versi kedua;
Suatu hari, Abu Ishaq menyuruh seorang anaknya mengambilkan pakaian.
“Ini saya, Pak.. Saya membawa pakaiannya.”, kata anaknya.
“Oiya, Thaba-thaba, Thaba-thaba.”, kata Abu Ishaq.
Thaba yang dimaksud di sini ialah Qaba, sejenis pakaian khas Arab dikhususkan untuk bepergian.
KETURUNAN THABA-THABA di Mesir
Keturunan Thaba-thaba yang pertama kali datang ke Mesir ialah al-Qasim ar-Rassi (Rassi nisbat pada nama desanya).
Ia membuka majelis di Masjid ‘Atiq (Amr ibn Ash). Orang-orang berkumpul untuk mendengarkan hadits-hadits yang ia sampaikan.
Kemudian, orang-orang berinisiatif mengumpulkan sumbangan. Setelah terkumpul, mereka menyerahkannya pada al-Qassim ar-Rassi. Namun, ia selalu menolaknya.
Semakin besarlah cinta masyarakat Mesir. Satu lagi yang masyhur: doanya dikenal mustajab.
KETURUNAN THABA-THABA di MAKAM INI
Baca lanjutannya di catatan / notes kami atau klik link berikut:
---[http://on.fb.me/1koX39V]---
________________________________
Sampai ketemu di agenda berikutnya!
Shollu ala Sidnannabi!
0 comments:
Post a Comment